Entri Populer

Selasa, 04 Januari 2011


DENVER DEVELOPMENTAL SCREENING TEST (DDST)
A.     Pengertian
Denver Developmental Screening Test (DDST) adalah sebuah metode pengkajian yang digunakan secara luas untuk menilai kemajuan perkembangan anak usia 0-6 tahun. Nama “Denver” menunjukkan bahwa uji skrining ini dibuat di University of Colorado Medical Center di Denver.
Selain DDST, sebenarnya ada sejumlah pengkajian perilaku lainnya untuk bayi dan anak usia dini, diantaranya:
a.      Neonatal Behavioral Assesment Scale (NBAS), yang disusun oleh ahli pediatri Harvard, T. Berry Brazleton dan lebih dikenal sebagai “The Brazleton”;
b.      Early Language Milestone (ELM) Scale untuk anak usia 0-3 tahun;
c.       Clinical Adaptive Test (CAT) dan Clinical Linguistic and Auditory Milestone Scale (CLAMS) untuk anak usia 0-3 tahun;
d.      Infant Monitoring System untuk anak usia 4-36 bulan;
e.       Early Screening Inventory untuk usia 3-6 tahun; dan
f.        Peabody Picture Vocabulary Test ( “The Peabody”) untuk anak usia 2,5 sampai 4 tahun.
Dalam situs ensiklopedia yang populer di internet “www. en. Wikipedia. org” dijelaskan bahwa DDST – yang umumnya dikenal dengan “Denver Scale” – adalah tes skrining untuk masalah kognitif dan perilaku pada anak prasekolah. Tes ini dikembangkan oleh William K. Frankenburg (yang mengenalkan pertma kali) dan J.B Dodds pada tahun 1967. DDST dipublikasikan oleh Denver Developmental Materials, Inc.,di Denver, Colorado. DDSR merefleksikan persentase kelompok anak usia tertentu yang dapat menampilkan tugas perkembangan tertentu. Tes ini dapat dilakukan oleh dokter spesialis anak, tenaga profesional kesehatan lainnya, atau tenaga profesional dalam layanan sosial.
Dalam perkembangannya, DDST mengalami beberapa kali revisi. Revisi terakhir adalah Denver II yang merupakan hasil revisi dan standardisasi dari DDST dan DDSR-R (Revised Denver Developmental Screening Test). Perbedaan Denver II dengan skrining terdahulu terletak pada item-item test, bentuk, interpretasi, dan rujukan.
Pembahasan mengenai DDST dalam sejarahnya tidak terlepas dari Denver Developmental Materials. Denver Developmental Materials bermanfaat bagi petugas kesehatan yang memberi perawatan langsung pada anak. Dengan prosedur yang sederhana dan cepat, metode ini dapat digunakan oleh tenaga profesional maupun paraprofesional. Prosedur tersebut dirancang untuk menilai perkembangan anak yang optimal sejak lahir hingga usia 6 tahun melalui panduan dan identifikasi yang memerlukan evaluasi  tambahan. Materi pokok, yakni PDQ II, aparent answered questinnaire, dan The Denver II, merupakan program surveilans perkembangan yang tepat untuk situasi ketika waktu yang tersedia sempit.
B.     Manfaat DDST
Penyimpangan perkembangan pada bayi dan anak usia dini sering kali sulit dideteksi dengan dideteksi dengan pemeriksaan fisik rutin. DDST dikembangkan untuk membantu petugas kesehatan dalam mendeteksi masalah perkembangan anak seusia dini.
Menurut studi yang dilakukan oleh The Public Health Agency of Canada,  DDST adalah metode tes yang paling banyak digunakan untuk skrining masalah perkembangan anak. Tes ini bermanfaat dalam mendeteksi masalah perkembangan yang berat.  Akan tetapi, DDST telah dikritik tidak reliabel dalam memprediksikan masalah-masalah yang kurang berat dan spesifik. Kritik ini juga dilontarkan terhadap versi DDST yang  telah direvisi, yaitu Denver II. Terhadap kritik tersebut Frankenburg menjelaskan bahwa tujuan pokok dari DDST bukan untuk menetapkan diagnosis akhir, melainkan sebagai metode cepat untuk mengidentifikasi anak-anak yang memerlukan evaluasi lebih lanjut.
Manfaat pengkajian perkembangan dengan menggunakan DDST bergantung pada usia anak. Pada bayi lahir, tes ini dapat mendeteksi berbagai masalah neurologis, salah satunya serebral palsi. Pada bayi, tes ini sering kali dapat memberikan jaminan kepada orang tua atau bermanfaat dalam mengidentifikasi berbagai problem dini yang mengancam mereka. Pada anak, tes ini dapat membantu meringankan permasalah akademik dan sosioal.
Denver II dapat digunakan untuk berbagai tujuan, antara lain:
1.      Menilai tingkat perkembangan anak sesuai dengan usianya.
2.      Menilai tingkat perkembangan anak yang tampak sehat.
3.      Menilai tingkat perkembangan anak yang tidak menunjukkan gejala kemungkinan adanya kelainan perkembangan.
4.      memastikan anak yang diduga mengalami kelainan perkembangan.
5.      Memantau anak yang berisiko mengalami kelainan perkembangan.
C.    Pengukuran DDST
Sebelum menerapkan DDST, terlebih dahulu kita harus memahami apa yang hendak diukur melalui tes tersebut. Agar tidak terjadi kesalahan pemahaman, ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan berkaitan Denver II.
1.      Denver II bukan merupakan tes IQ dan bukan alat peramal kemampuan adaptig atau intelektual (perkembangan) pada masa yang akan datang.
2.      Denver II tidak digunakan untuk menetapkan diagnosis, seperti kesukaran belajar, gangguan bahasa, gangguan emosional, dan sebagainya.
3.      Denver II diarahkan untuk membandingkan kemampuan perkembangan anak dengan anak lain yang seusia, bukan sebagai pengganti evaluasi diagnostik atau pemeriksaan fisik.
Seperti telah dijelaskan sebelumnya, tujuan pokok DDST bukan untuk menetapkan diagnosis akhir gangguan perkembangan anak, melainkan sebagai metode cepat untuk mengidentifikasi anak-anak yang memerlukan evaluasi lebih lanjut terkait perkembangan mereka. Dengan demikian, tes ini tidak memiliki kriteria kesimpulan hasil perkembangan anak “abnormal”, yang ada hanyalah “normal”, “tersangka” dan “tak dapat diuji”. Uraian lengkap mengenai kriteria hasil tes ini dijelaskan pada bagian tersendiri.
Denver II terdiri atas 125 item tugas perkembangan yang sesuai dengan usia anak, mulai dari usia 0-6 tahun. Item-item tersebut tersusun dalam formulir khusus dan terbagi menjadi 4 sektor, yaitu:
1.      Sektor Personal-Sosial, yaitu penyesuaian diri di masyarakat dan kebutuhan pribadi.
2.      Sektor Motorik Halus-Adaptif, yaitu koordinasi mata-tangan, kemampuan memainkan dan menggunakan benda-benda kecil, serta pemecahan masalah.
3.      Sektor Bahasa, yaitu mendengar, mengerti, dan menggunakan bahasa.
4.      Sektor Motorik Kasar, yaitu duduk, berjalan, dan melakukan gerakan umum otot besar lainnya.
Setelah menyelesaikan tes Denver II, kita perlu melakukan tes perilaku untuk:
1.      Membantu pemeriksa menilai seluruh perilaku anak secara subjektif, dan
2.      Memperoleh taksiran kasar bagaimana seorang anak menggunakan kemampuannya.
D.    Pelaksanaan Tes
Dalam melaksanakan tes perkembangan anak dengan menggunakan Denver II, kita perlu melakukan langkah-langkah persiapan, diantaranya persiapan alat tes, formulir Denver II, pedoman pelaksanaan pengujian, baru dilanjutkan dengan penghitungan usia anak, dan terakhir pelaksanaan tes sesuai dengan usia anak.
Peralatan yang digunakan
Alat-alat pokok yang dibutuhkan dalam penerapan Denver II antara lain:
1.      Benang wol merah
2.      Icik-icik dengan gagang kecil
3.      Boneka kecil dengan botol susu
4.      Cangkir kecil dengan pegangan
5.      Kubus (dengan rusuk 2,5 cm) berjumlah 8 buah, berwarna merah, biru, kuning, dan hijau masing-masing 2 buah.
6.      Botol kecil berwarna bening dengan tutup berdiameter 2 cm
7.      Manik-manik (dalam penerapannya, ada yang mengganti manik-manik dengan kismis atas pertimbangan tertentu)
8.      Lonceng kecil
9.    Bola tenis
E. Detail Formulir DDST
Formulir Denver II berupa selembar kertas yang berisikan 125 tugas perkembangan menurut usia pada halaman depan dan pedoman tes untuk item-item tertentu pada halaman belakang.
Pada baris horizontal teratas dan terbawah, terdapat skala usia dalam bulan dan tahun yang dimulai dari anak lahir hingga 6 tahun. Pada usia 0-24 bulan, jarak 2 tanda (garis tegak kecil) adalah 1 bulan. Setelah usia 24 bulan, jarak antara 2 tanda adalah 3 bulan.
Pada bagian depan, terdapat 125 item yang digambarkan dalam bentuk persegi panjang yang ditempatkan dalam neraca usia, yang menunjukan 25%, 50% 75%, dan 90% dari seluruh sampel standar anak normal yang dapat melaksanakan tugas tersebut. Sebagai contoh, item “menggosok gigi tanpa bantuan” memiliki makna:
1.      Dua puluh lima persen dari seluruh sampel anak dapat menggosok gigi tanpa bantuan di usia kurang dari  33 bulan (2 tahun 9 bulan).
2.      Lima puluh persen dari seluruh sampel anak dapat menggosok gigi tanpa bantuan di usia 42 bulan (3 tahun 6 bulan).
3.      Tujuh puluh lima persen dari seluruh sampel anak dapat menggosok gigi tanpa bantuan di usia 51 bulan ( 4 tahun 3 bulan).
4.      Sembilan puluh persen dari seluruh sampel anak dapat menggosok gigi tanpa bantuan di usia kurang dari 63 bulan (5 tahun 3 bulan).
Pada beberapa kotak, terdapat catatan kecil angka (mis., 1,2, dan 3) yang menunjukkan bahwa item tersebut membutuhkan petunjuk khusus yang dapat dilihat di bagian belakang lembar tes sesuai dengan angka yang tertulis. Pada sejumlah kotak juga terdapat huruf “L” yang menandakan bahwa item tersebut dapat dinilai LULUS/LEWAT berdasarkan laporan dari orang tua atau pengasuh anak
F. Cara Menghitung Usia Anak
Telah disebutkan di awal bahwa penerapan DDST ditujukan untuk menilai perkembangan anak berdasarkan usianya. Dengan demikian, sebelum melakukan tes ini, terlebih dahulu kita harus mengetahu usia anak tersebut. Untuk menghitung usia anak, kita dapat mengikuti langkah-langkah berikut.
1.      Tulis tanggal, bulan, dan tahun dilaksanakannya tes.
2.      Kurangi dengan cara bersusun dengan tanggal, bulan, dan tahun kelahiran anak.
3.      Jika jumlah hari yang dikurangi lebih besar, ambil jumlah hari yang sesuai dari angka bulan di depannya (mis., Agustus: 31 hari, September: 30 hari)
4.      Hasilnya adalah usia anak dalam tahun, bulan dan hari
5.      Ubah usia anak ke dalam satuan bulan jika perlu.
6.      Jika pada saat pemeriksaan usia anak di bawah 2 tahun, anak lahir kurang 2 minggu, atau lebih dari HPL, lakukan penyesuaian prematuritas dengan cara mengurangi umur anak dengan jumlah minggu tersebut
G.  Pelaksanaan Tes
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan tes adalah sebagai berikut:
1.      Semua item harus disajikan sesuai dengan pelaksanaan tes yang telah terstandardisasi (sesuai pedoman pelaksanaan tes per item).
2.      Perlu kerja sama aktif dari anak sebab anak harus merasa tenang, aman, senang, sehat (tidak lapar, tidak mengantuk, tidak haus, dan tidak rewel).
3.      Harus terbina kerja sama yang baik antara kedua belah pihak. Caranya adalah dengan berkenalan terlebih dulu dengan orang tua, baru kemudian mendekati anak agar ia merasa lebih nyaman dengan kehadiran orang tua baru.
4.      Tersedia ruangan cukup yang luas, ventilasi baik, dan berikan kesan yang santai dan menyenangkan.
5.      Orang tua harus diberitahu bahwa tes ini bukan tes kepandaian/IQ melainkan tes untuk melihat perkembangan anak secara keseluruhan. Beritahukan bahwa anak tidak selalu dapat melaksanakan semua tugas yang diberikan.
6.      Item-item tes sebaiknya disajikan secara fleksibel. Akan tetapi, lebih dianjurkan mengikuti petunjuk berikut.
-          Item yang kurang memerlukan keaktifan anak sebaiknya didahulukan, misalnya sektor personal-sosial, baru kemudian dilanjutkan dengan sector motorik halus-adaptif.
-          Item yang lebih mudah didahulukan. Berikan pujian pada anak jika ia dapat menyelesaikan tugas dengan baik, juga saat ia mampu menyelesaikannya tetapi kurang tepat. Ini ditujukan agar anak tidak segan untuk menjalani tes berikutnya.
-          Item dengan alat yang sama sebaiknya dilakukan secara berurutan agar penggunaan waktu menjadi lebih efisien.
-          Hanya alat-alat yang akan digunakan saja yang diletakkana di atas meja.
-          Pelaksanaan tes untuk semua sector dimulai dari item yang terletak di sebelah kiri garis umur, lalu dilanjutkan ke item di sebelah kanan garis umur.
7.      Jumlah item yang dinilai bergantung pada lama waktu yang tersedia, yang terpenting pelaksanaannya mengacu pada tujuan tes, yaitu mengidentifikasi perkembangan anak dan menentukan kemampuan anak yang relatife lebih tinggi.
Upaya identifikasi perkembangan dilakukan jika anak berisiko mengalami kelainan perkembangan. Ini dilakukan melalui langkah-langkah berikut. Pertama, pada setiap sektor, tes dilakukan sedikitnya pada 3 item terdekat di sebelah kiri garis usia, juga pada semua item yang dilalui oleh garis usia. Kedua, bila anak tidak mampu melakukan salah satu item (Gagal, Menolak, Tak ada kesempatan), item tambahan dimasukkan ke sebelah kiri garis usia (dalam sektor yang sama) sampai anak dapat Lulus/Lewat dari 3 item secara berturut-turut.
Untuk menentukan kemampuan anak yang relatife tinggi, dapat dilakukan langkah-langkah  berikut. Pertama, pada setiap sektor, lakukan tes minimal pada 3 item terdekat di sebelah kiri garis usia dengan melakukan tes pada setiap item di sebelah kanan garis usia hingga akhirnya didapat gagal tiga kali berturut-turut.
 H.  Penilaian Tes Perilaku
Penilaian perilaku dilakukan setelah tes selesai. Dengan menggunakan skala pada lembar tes, penilaian ini dapat membandingkan perilaku anak selalma tes dengan perilaku sebelumnya. Kita boleh menanyakan kepada orang tua atau pengasuh apakah perilak menanyakan kepada orang tua atau pengasuh apakah perilaku anak selama tes dengan perilaku sebelumnya. Kita boleh menanyakan kepada orang tua atau pengasuh apakah perilaku anak sehari-hari sama dengan perilakunya saat itu. Terkadang anak tengah dalam kondisi sakit, atau marah sewaktu menjalani pemeriksaan tersebut. Jika demikian, tes dapat ditunda dan dilanjutkan pada hari lain saat anak telah kooperatif.
I. Pemberian Skor untuk Setiap Item
Pada setiap item, kita perlu mencantumkan skor di area kotak yang berwarna putih (dekat tanda 50%), dengan ketentuan sebagai berikut:
a.      L = Lulus/Lewat (P = Pass). Anak dapat melakukan item dengan baik atau orang tua/pengasuh melakukan item dengan baik atau orang tua/pengasuh melaporkan secara terpercaya bahwa anak dapat menyelesaikan item tersebut (item yang bertanda L).
b.      G = Gagal (F = Fail). Anak tidak dapat melakukan item dengan baik atau orang tua/pengasuh melaporkan secara terpercaya bahwa anak tidak dapat melakukan item tersebut (item yang bertanda L).
c.       M = Menolah (R = Refusal). Anak menolak untuk melakukan tes untuk item tersebut. Penolakan dapat dikurangi dengan mengatakan kepada anak apa yang harus dilakukannya (khusus item tanpa tanda L).
d.      Tak = Tak ada kesempatan (No= No Opportunity). Anak tidak mempunyai kesempatan untuk melakukan item karena ada hambatan (khusus item yang bertanda L).
J. Interpretasi Hasil
Interpretasi hasil untuk tes ini terdiri atas dua tahap, yaitu penilaian per item dan penilaian tes secara keseluruhan.
1. 1. Penilaian per item
Ilustrasi untuk penilaian per item dapat terdiri dari beberapa katgori:
a.      PenilaianL item “Lebih” (Advance). Nilai lebih tidak perlu diperhatikan dalam penilaian tes secara keseluruhan (karena biasanya hanya dapat dilakukan oleh anak yang lebh tua.
b.      Penilaian item “OK” atau normal. Nilai ini tidak perlu diperhatikan dalam penilaian tes secara keseluruhan. Nilai “OK” dapat diberikan pada anak dalam kondisi berikut.
-          Anak “Gagal” (G) atau “Menolak” (M) melakukan tugas untuk item di sebelah kanan garis usia. Kondisi ini wajar, karena item di sebelah kanan garis usia pada dasarnya merupakan tugas untuk anak yang leblih tua. Dengan demikian, tidak menjadi masalah jika anak gagal untuk menolak melakukan tugas tersebut karena masih banyak kesempatan bagi anak untuk melakukan tugas tersebut jika usianya sudah mencukupi.
-          Anak “Lulus/Lewat” (L), “Gagal” (G), atau “Menolak” (M) melakukan tugas untuk item di daerah putih kotak (daerah 25%-75%). Jika anak lulus, sudah tentu hal ini dianggap normal, sebab tugas tersebut memang ditujukan untuk anak di usia tersebut. Lalu, mengapa saat anak gagal atau menolak melakukan tugas masih kita simpulkan OK? Perlu kita ketahui, daerah putih pada kotak menandakan bahwa sebanyak 25%-75% anak di usia tersebut mampu (Lulus) melakkan tugas tersebut. Dengan kata lain, masih ada sebagian anak di usia tersbeut yang belum berhasil melakukannya. Jadi, jika anak gagal atau menolak melakukan tuga pada daerah itu, hal ini masih dianggap wajar, dan anak masih memiliki kesempaan untuk melakukannya pada tes yang akan datang.
c.       Penilaian item P= “Peringatan” (C= Caution). Nilai “Peringatan” diberikan jika anak “Gagal” (G) atau “Menolak” (M) melakukan tugas untuk item yang dilalui oleh garis usia pada daerah gelap kotak (daerah 75% - 90%). Hal ini karena hasil riset menunjukkan bahwa sebanyak 75% - 90% anak di usia tersebut sudah berhasil (Lulus) melakukan tugas tersebut. Dengan kata lain, mayoritas anak sudah bisa melaksanakan tugas dengan baik. Dengan demikian, jika ada anak yang ternyata belum lulus atau menolak melakukan tugas tersebut, berarti anak tersebut masuk ke dalam kelompok minoritas (y.i., 10% - 25% anak yang belum berhasil melakuaknnya). Perlu diperhatikan, meskipun dalam hal ini anak masih berada dalam kelompok usianya – anak tersebut tetap memerlkan perhatian yang lebuh mengingat mayoritas teman sebayanya sudah berhasil. Oleh karena itu, anak tersebut mendapatkan hasil penilaian P (peringatan). Huruf P di tulis di sebelah kanan item dengan hasil penilaian “Peringatan”. Peringatan sendiri terdiri atas dua macam. Pertama, peringatan karena anak mengalami kegagalan (G). Peringatan jenis ini memungkinkan anak mendapat interpretasi penilaian akhir “Suspek”. Kedua, peringatan karena anak menolak melaksanakan tugas (M). Peringatan jenis ini memungkinkan anak mendapat interpretasi penilaian akhir “Tak dapat diuji”.
d.      Penilaian item T= “Terlambar” (D = Delayed). Nilai “Terlambat” diberikan jika anak “Gagal” (G) atau “Menolak” (M) melakukan tugas untuk item di sebelah kiri garis usia sebab tugas tersebut memang ditujukan untuk anak yang lebih muda. Seorang akan seharusnya mampu melakukan tugas untuk kelompok usia yang lebih muda, yang tentunya berupa tugas-tugas yang lebih ringan. Jika, tugas untuk anak yang leblih muda tidak dapat dilakukan atau ditolak, anak tentu akan mendapatkanpenilaian T (terlambat). Huruf T ditulis di sebelah kanan item dengan hasil penilaian “Terlambar”. Perlu diperhatikan bahwa ada dua macam T. Pertama, terlambat karena anak mengalami kegagalan (G). T jenis ini memungkinkan anak mendapat interpretasi penilaian akhir “Suspek”. Kedua, terlambat karena anak menolak melaksanakan tugas (M). T jenis ini memungkinkan anak mendapat interpretasi penilaian akhir “Tak dapat diuji”.
e.       Penilaian item “Tak ada kesempatan” (No Opportunity). Nilai “Tak” ini tidak perlu diperhatikan dalam penilaian tes secara keseluruhan. Nilai “Tak ada kesempatan” diberikan jika anak mendapat skor “Tak” atau tidak ada kesempatan untuk mencoba atau melakukan tes.
2.      Penilaian Keseluruahan Tes
Hasil interpretasi untuk keseluruan tes dikategorikan menjadi 3 yaitu, “Normal”, “Suspek”, dan “Tak dapat diuji”. Penjelasan mengenai ketiga kategori tersebut adalah sebagai berikut.
a.       Normal. Intrpretasi NORMAL diberikan jika tidak ada skor “Terlambat”
(0 T) dan/atau maksimal1 “Peringatan” (1 P). jika hasil ini didapat, lakukan pemeriksaan ulang pada kunjungan berikutnya.
b.      Suspek. Interpretasi SUSPEK diberikan jika terdapat satu atau lebih skor “Terlambat” (1 T) dan/atau dua atau lebih oleh kegagaln (G), bukan oleh penolakan (M). jika hasil ini didapat, lakkan uji ulang dalam 1-2 minggu mendatang untuk menghilangkan faktor-faktor sesaat, seperti rasa takut, sakit, atau kelelahan.
c.       Tidak dapat diuji. Interpretasi TIDAK DAPAT DIUJI diberikan jika terdapat satu atau lebih skor “Terlambat” (1 T) dan/atau dua atau leblih “Peringatan”
(2 P). Ingat, dalam hal ini, T dan P harus disebabkan oleh penolakan (M), bukan oleh kegagalan (G). jika hasil ini didapat, lakukan uji ulang dalam 1-2 minggu mendatang.
Catatan: Jika hasil tes berulang kali menunjukkan SUSPEK atau TIDAK DAPAT DIUJI, anak perlu menjalani sesi konsultasi dengan seorang ahli guna menentukan keadaan klinis anak berdasarkan:
-          Profil hasil tes (item yang mendapat nilai “Peringatan” atau “Terlambat”);
-          Jumlah “Peringatan” dan “Terlambat”;
-          Perhatikan klinis lainnya (riwayat klinis, pemeriksaan kesehatan).


A.    Kesimpulan
  1.  DDS1 adalah metode skrining untuk masalah perkembangan anak usia 0-6 tahun;
  2. Pelaksanaan DDST adalah tenaga kesehatan profesional dan petugas layanan sosial;
  3. DDST bukan ditujukan untuk mentepkan diagnosis masalah perkembangan, tetapi untuk membandingkan perkembangan anak yang seusia;
  4. DDST menilai 4 sektor perkembangan anak, yaitu : personal-sosial, motorik halus-adaptif, bahasa, dan motorik kasar;
  5. Hal-hal yang harus dilaksanakan dalam menerapkan DDST adalah:
a.       Menyiapkan peralatan pokok, peralatan penunjang, dan formulir DDST.
b.      Menghitung usia anak dan menggambar garis usia.
c.       Mempelajari 4 macam skor item, yaiut Lulus/Lewat (L), Gagal (G), Menolak (M), dan Tak Ada Kesempatan (Tak).
d.      Melakukan tes terhadap semua item yang dilalui garis usia dan 3 item sebelum garus usia untuk masing-masing sektor.
e.       Jika diperoleh skor G, M, atau Tak, melanjutkan tes pada item-item di sebelah kiri garis usia sampai didapat skor lulus 3 kali berutur-turut.